Detik Detik Menjelang Proklamasi
Sabtu, 17 Agustus 2013, 03:17 WIB
Fotro proklamasi kemerdekaan RI hasil jepretan Alexius Impurung Mendur
REPUBLIKA.CO.ID,Pada 6 dan 9 Agustus 1945 Hiroshima dan Nagasaki
dijatuhi bom atom pesawat Amerika Serikat. Ratusan ribu rakyat Jepang
mati terbuxnuh. Kaisar Hirohito menyatakan menyerah terhadap sekutu
dalam Perang Dunia II. Bertekuk lututnya tentara Dai Nippon ini tidak
diketahui di Indonesia.
Syahrir dan kawan-kawan yang bekerja di
bawah tanah, termasuk orang yang paling dulu tahu menyerahnya Jepang.
Mereka menyebarluaskan berita tersebut dengan berbisik-bisik. Syahrir
kemudian menyampaikan berita ke pa da Bung Hatta. Kemudian, mereka
berdua per gi ke kediaman Bung Karno di Jalan Pe gangsaan Timur 56 (kini
Jl Proklamasi). Syahrir mendesak kemerdekaan Indonesia segera
diproklamasikan. Bung Karno dan Bung Hatta tidak mau mengumumkan
proklamasi tanpa bermusyawarah dengan Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia.
Keesokan harinya (15 Agustus 1945) di Jakarta terjadi
suasana sangat tegang dan penuh kesibuk an. Makin santer terdengar
menyerahnya Jepang kepada Sekutu. Tidak ada keterangan resmi dari
militer Jepang dan mereka menutup-nutupi. Golongan muda yang berjiwa
dinamis dan revolu sioner berpendapat kemer dekaan Indonesia harus
segera diproklamasikan. Jika perlu, saat itu juga. Mereka menilai, PPKI
adalah buatan Jepang. Proklamasi kemerdekaan harus lepas dari pengaruh
Jepang.
Golongan tua, termasuk Bung Karno dan Bung Hatta,
berpendapat sebaiknya kemerdekaan Indonesia dicapai jangan sampai
terjadi pertumpahan darah. Sebaliknya, kelompok muda mendesak
kemerdekaan segera diproklamasikan. Hari itu juga (15 Agustus), Bung
Karno, Bung Hatta, dan Mr Ahmad Subardjo pergi ke kantor Guisekan (kini
menjadi kantor pusat Pertamina) di Jalan Perwira. Kedatangan itu untuk
mengecek sampai di mana kebenaran berita yang dibawa oleh Syahrir.
Mereka gagal menemui Guisekan dan tidak berhasil menemui seorang pejabat
Jepang yang berwenang. Siangnya mereka pergi ke kantor Laksamana Maeda,
di Jl Merdeka Utara (kini Markas Besar Angkatan Darat). Laksamana Maeda
juga tidak dapat menjelaskan berita tentang kekalahan Jepang. Pada 15
Agustus 1945 pukul 20.00 di salah satu ruangan Lembaga Bacteriologi di
Jl Pegangsaan Timur 17, para pemuda mengadakan perte mu an dipimpin
Chairul Saleh, tokoh pemuda. Dipu tuskan, Wikana dan Darwis yang akan
menyam paikan keputusan itu.
Kedua orang utusan pemuda ini tiba
di kediaman Bung Karno pada pukul 22.30. Mereka menuntut Bung Karno
mengumumkan proklamasi ke merdekaan keesokan hari (16 Agustus 1945).
Bung Karno menolak tuntan itu karena tidak mau meninggalkan PPKI. Lalu,
Wikana mengancam jika Bung Karno tidak mau mengumumkan prokla ma si,
esok hari akan terjadi pertumpahan darah. La lu, terjadi ketegangan
antara utusan pemuda de ngan Bung Karno, disaksikan Bung Hatta dan be
berapa tokoh tua lainnya. Mendengar ancaman Wi kana itu, Bung Karno naik
pitam dan me nan tang Wikana: ‘’Ini batang leherku. Potonglah le herku
malam ini juga.’’ Keduanya kemudian melaporkan hasil pertemuannya dengan
Bung Karno. Keesokan harinya (16 Agustus 1945), pagi-pagi sekali waktu
sahur (kira-kira pukul 04.00), Bung Karno dan Bung Hatta diculik ke
Rengasdengklok, tidak jauh dari Krawang.
Penculikan Bung Karno
dan Bung Hatta membuat suasana Kota Jakarta gempar. Orang ber
tanya-tanya di mana kedua pemimpin bangsa itu berada. Akhirnya, Wikana
memberitahukan Mr Ahmad Subardjo akan keberadaan kedua tokoh nasional
itu. Kira-kira pukul 18.00 rombongan Mr Ahmad Subardjo tiba di
Rengasdenglok. Kemudian, disepakati proklamasi kemerdekaan akan diprokla
masikan selekas mungkin. Maka, kembalilah rom bongan Bung Karno di
Jakarta pukul 23.00 malam. Bung Karno dan Bung Hatta akhirnya mengambil
ke simpulan mereka tidak boleh menggantungkan diri pa da pihak lain.
Namun, keduanya mengharapkan agar pi hak Jepang tidak menghalang-halangi
atau berusaha menggagalkan pelaksanaan proklamasi kemerdekaan RI.
Naskah
proklamasi kemerdekaan teksnya dibuat di kediaman Laksamana Maeda di
Jalan Iman Bonjol No 1, Menteng. Laksamana Maeda mempersilakan
kediamannya dijadikan sebagai tempat membuat naskah proklamasi
kemerdekaan. Teks proklamasi dibuat pada 17 Agustus dini hari. Naskah
atau teks proklamasi ditulis di atas sehelai kertas oleh Bung Karno
sendiri. Sedangkan, Bung Hatta dan Mr Ahmad Subardjo menyumbangkan
pikiran secara lisan.
Bung Karno dan Bung Hatta menyarankan agar
para hadirin bersama-sama menandatangani nya. Atas usul Chaerul Saleh,
disepakati teks proklamasi kemerdekaan ditanda tangani oleh Bung Karno
dan Bung Hatta atas nama bangsa Inddonesia. Isi teks proklamasi diketik
oleh Sayuti Melik. Proklamasi Kemerde kaan dilakukan pada 17 Agustus
1945 di ke diaman Bung Karno. Namun, banyak pula pemuda, terutama dari
Barisan Pelopor, yang datang ke Lapangan Ikada (Monas) karena mengira di
tempat inilah proklamasi akan dikumandangkan.
sumber: http://www.republika.co.id